TUGAS TERSRTUKTUR
MATERI PENDIDIKAN AL-QURAN
TENTANG
AHKAMUL MAD
Oleh
ZAINAL MASRI dkk
Dosen :
Dra. Fadriati, M. Ag
H. Fanhayus, M. Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2011
AHKAMUL MAD
A. PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang segala hukumnya bersumber
dari Al-Qur’an dan Sunnah. Kitab Al-Qur’an merupakan kitab suci sekaligus
pedoman hidup umat islam diseluruh dunia. Dalam al-Qur’an telah diatur seluruh
persoalan hidup manusia, bahkan al-Qur’an memiliki gaya bahasa yang sangat indah, karna itu
sebagai seorang muslim sudah sepantasnya kita mengetahui hokum bacaan dalam
membaca al-Qur’an. Dalam pembahasan berikut ini pemakalah akan membahas tentang
ahkamul mad yaitu hokum-hukum yang berkenaan dengan panjang bacaan dalam
membaca al-Qur’an.
B. PEMBAHASAN
- Mad Thobi’I dan Mad Far’I (Mad Iwadh, Mad Badal dan Mad Shilah Qhosirah)
Mad secara bahasa berarti panjang atau lanjut.
Sedangkan menurut definisi ahli tajwid, mad adalah memanjangkan suara bacaan
menurut aturan-aturannya yang tertentu dalam membaca al-Qur’an.
Huruf-huruf yang digunakan untuk mad itu ada tiga
yaitu:
a.
Alif mati, sebelumnya berbaris
diatas (berharkat Fathah).
b.
Yaa mati, sebelumnya berbaris
dibawah (berharkat Kasrah).
c.
Waw mati, sebelumnya berbaris
didepan (berharkat Dhommah).
Secara garis besar mad itu dibagi dua, yaitu:
a.
Mad Ashli atau Mad Thaobi’i
Yaitu mad
(panjang bacaan) dengan adanya salah satu huruf mad yang tersebut diatas, yang
tidak diiringi oleh hamzah, oleh huruf yang bertasydid atau oleh huruf yang
mati. Maka ukuran panjangnya ialah satu alif atau dua harakat. Dinamakan dia
dengan mad Ashli atau mad Thobi’I, karena dialah asal dari perkembangan mad
Far’I dan sesuai dengan pembawaan thobi’inya ukuran panjangnya tidak lebih dan
tidak kurang dari satu alif atau dua harakat.[1]
Contohnya:نوحيها, تاب, جامع
b.
Mad Far’i
Yaitu mad (panjang bacaan) yang bertambah daripada
ukuran mad asli dengan sebab disambut oleh hamzah atau sukun.
Berikut ini adalah bentuk-bentuk mad Far’I yang
panjangnya satu alif:
1)
Mad Iwadh
Iwadh artinya ganti tanwin. Hokum bacaan disebut Mad
Iwadh adalah bila ada Fahtatain (baris dua diatas) pada huruf akhir kata yang
diwaqofkan atau disebut mad pengganti tanwin sehingga tanwin tidak berbunyi
lagi.
Contohnya: جيرا, غفورا, موئلا, رحيما
2)
Mad Badal
Badal artinya perubahan. Hokum bacaan disebut mad
badal yaitu apabila ada hamzah bertemu dengan mad yang berasal dari hamzah
sukun, kemudian hamzah ini diubah atau diganti dengan alif, waw, atau yaa.
Contohnya:اوتي, ايمانا, اوتمن
3)
Mad Shilah Qosirah
Shilah artinya hubungan sedangkan Qosiroh artinya
pendek. Hokum bacaan disebut mad Shilah Qosiroh yaitu apabila ada Ha’ kata
ganti orang/ benda ketiga(ه) berada
sesudah huruf yang berharkah.[2]
Contohnya:
Surat Al-Qori’ah ayat 9
Surat Al-Qadr ayat 1
- Mad Far’I panjangnya satu sampai tiga alif (Mad Wajib Muttasil, Jaiz Munfasil, Shilah Thawilah dan mad ‘aridh lisukun)
a.
Mad Wajib Muttasil
Wajib artinya harus, muttasil artinya bersambung.
Hokum bacaan disebut mad wajib muttasil adalah apabila ada mad Thobi’I bertemu
dengan hamzah dalam satu suku kata, yang tak mungkin dipisah, karma apbila
dipisah maka ia tidak akan memiliki makna.
Cara membacanya wajib dipanjangkan sampai dua setengah
Alif atau lima
harkat atau dua setengah kali panjang mad Thobi’i.
Contohnya:
(surat
At-Thoriq ayat 1)
(surat
an-Nashr ayat 1)
b.
Mad Jaiz Munfasil
Jaiz artinya boleh, munfassil artinya terpisah. Hokum
bacaan disebut Mad Jaiz Munfassil yaitu apabila mad Thobi’I berhadapan dengan
hamzah di lain perkataan, dimana apabila apabila terjadi pemisahan antara suku
kata tersebut kata masih memilki makna.
Contohnya:
(surat
al-Kafirun ayat 3)
(surat
Al-Lahabayat 2)
c.
Mad Shilah Thawilah
Artinya mad Shilat yang panjang. Masanya ialah apabila
sesudah Ha’ kata ganti disambut oleh hamzah yang berbaris hidup. Maka cara
membacanya boleh dipanjangkan satu Alif (2 harakat), 2 Alif (4 harakat) atau 2
½ Alif (5 harakat).
Contohnya:عنده إلا, ما له إذا تردئ, من علمه إلا
d.
Mad ‘Aridh Lissukun
‘Aridh artinya tiba-tiba ada, sukun artinya mati.
Yaitu berlakunya ketika wakaf (menghentikan-bacaan) pada huruf diakhir
suku-kata (kalimat), yang mana sebelum huruf tersebut ada salah satu dari pada
huruf Mad ashli (Alif atau Waw mati sebelmnya baris didepan).[3]
Cara membacanya ada tiga;
1)
Thul (panjang) : 3 Alif (6harakat), ini merupakan
yang lebih utama.
2)
Tawassuth (sedang) : 2 Alif (4harakat)
3)
Qashar (pendek) : 1 Alif (2 harakat)
Contohnya:خالدون, نستعين, مسلمون, الرحيم
- Mad Far’I Panjangnya tiga alif (Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi, Mad Lazim Mukallaf Kalimi, Mutsaqqal Harfi, Mukaffah Harfi dan Mad Farqi)
a.
Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi
Lazim artinya pasti, mutsaqqal artinya diberatkan.
Kalimi berasal dari kata kalimah artinya kata. Hokum bacaan disebut mad lazim
mutsaqqal kalimi adalah apabila mad Thobi’I berhadapan dengan huruf yang
bertasdid didalam satu perkataan.
Membacanya harus dipanjangkan lebih dahulu baru
ditasydidkan, dan panjangnya sampai 6 harakat atau 3 alif.
Contohnya:ولاالضالين, حاج, دابه
b.
Mad Lazim Mukkalaf Kalimi
Mukallaf artinya diringankan. Hokum bacaan disebut mad
ini apabila mad Thobi’I bertemu dengan huruf yang berharaqah sukun tidak
diakhir perkataan. Membacanya dipanjangkan sampai tiga Alif atau enam harakat.
Contohnya:الان, ءالئن وقدكنتم
c.
Mad Mukaffah Harfi
Hokum bacaan disebut mad jenis ini ialah apabila
huruf-huruf diawal surat
terdiri dari salah satu atau lebih dari huruf-huruf : ط ي ها ر ح
Membacanya harus dipanjangkan satu Alif atau dua
harakat.
Contohnya: الر, يس, طه
d.
Mad Musaqqah Harfi
Hokum bacaan disebut mad jenis ini ialah apabila
permulaan surat
berupa salah satu atau lebih dari huruf-huruf :ن
ق ص ع س ل ك م
Membacanya harus dipanjangkan tiga Alif atau 6
harakat.[4]
Contohnya:ق, يس, ن
.
e.
Mad Farqi
Mad farqi artinya adalah beda. Sedangkan menurut
istilah adalah mad untuk membedakan antara susunan kalimat bertanya dan kalimat
berita, maka hokum bacaannya yaitu harus dipanjangkan menjadi 3 alif atau 6
harakat.
Supaya lebih jelas lagi bahwa mad farqi yaitu hamzah
istifham (hamzah untuk bertanya) bertemu dengan hamzah Al (ال)maka
hamzah Al menjadi mad (panjang).[5]
Contoh;
Surat Yunus ayat 59
”Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal." Katakanlah: "Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah ?"”
Surat An-Naml ayat 59
“Katakanlah:
"Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang
dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka
persekutukan dengan Dia?"”
C. PENUTUP
- Kesimpulan
Mad adalah ilmu mengenai ukuran panjang suatu huruf
dalam membaca al-Qur’an. Mad ada dua jenis yaitu:
- Mad Ashli / Mad Thobi’i
- Mad Far’I, dimana mad Far’I ini juga banyak macamnya diantaranya:
1)
Ada yang panjangnnyasatu alif atau dua
harkat, yaitu mad badal, mad ‘iwadh dan mad shilah Qhosirah.
2)
Mad Far’I panjangnya satu sampai tiga alif,
yaitu: Mad Wajib Muttasil, Jaiz Munfasil, Shilah Thawilah dan mad ‘aridh
lisukun.
3)
Mad Far’I Panjangnya tiga alif,
yaitu: Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi, Mad Lazim Mukallaf Kalimi, Mutsaqqal Harfi,
Mukaffah Harfi dan Mad Farqi.
- Saran
Dalam makalah ini kami membahas tentang ahkamul mad,
kami berharap pembaca tidak puas dengan makalah yang kami sajikan ini dan
berusaha mencari sumber lain yang berkaitan dengan ahkamul mad ini demi
kesempurnaan pengetahuan dalam memahami ilmu tajwid.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
A Munir dan
Sudarsono. Ilmu Tajwid dan seni baca Al-qur’an. (Jakarta: Rineka Cipta,
1994)
Mufhan. Pelajaran
tajwid Praktis. (Jakarta :
Sandro Jaya, 2005)
Abdullah
Asy’ari. Pelajaran Tajwid (qaidah bagaimana seharusnya membaca Al-qur’an
untuk pelajaran permulaan). (Surabaya :
Apollo)
Ismail Tekan. Tajwid
Al-Qur’anul Karim. (Jakarta :
Pustaka Alhusna Baru, 2006)
[1]
Ismail Tekan. Tajwid Al-Qur’anul Karim. (Jakarta : Pustaka Alhusna Baru, 2006) hal. 95
[2]
Abdullah Asy’ari. Pelajaran Tajwid (qaidah bagaimana seharusnya membaca
Al-qur’an untuk pelajaran permulaan). (Surabaya : Apollo) hal. 34
[3]
Mufhan. Pelajaran tajwid Praktis. (Jakarta :
Sandro Jaya, 2005) hal. 43
[4]
Abdullah Asy’ari. Op Cit. hal.38
[5] A
Munir dan Sudarsono. Ilmu Tajwid dan seni baca Al-qur’an. (Jakarta:
Rineka Cipta, 1994) hal. 55
Bagus bagus, :D (y)
BalasHapusYupz dek,, smg bermanfaat.. ^_^
BalasHapuskakak.. blognya keren..
BalasHapustapi..kok surat Alqur'annya di aku ga muncul sihh