TUGAS BERSTRUKTUR
PENDIDIKAN AL
QUR’AN
Tentang
AHKAMUL
MAD DAN QHASAR SERTA AYAT-AYAT AL QU’AN TENTANG AKHLAK
ZAINAL MASRI
09101023
Dosen
Pembimbin:
Drs. H. Fanhayus,
M.Pd
Dra. Fatdriati,
M.A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
BATUSANGKAR
2012
AHKAMUL
MAD DAN QHASAR SERTA AYAT-AYAT AL QU’AN TENTANG AKHLAK
A.
Pendahuluan
Pendidikan
Al-qur’an merupakan pembelajaran yang materinya berasal dari Al-qur’an itu
sendiri, yang mana hal ini tentu tidak terlepas dari kehidupan kita sehari-hari
sebagai orang yang beriman kepada kitab Allah. Maka untuk itu sudah menjadi kewajiban
bagi kita untuk mempelajari ilmu Al-qur’an itu sendiri, agar kita mampu
membacanya, memahaminya dan mengajarkannya dengan baik sesuai dengan
kaedah-kaedah yang berlaku, maka pada di bawah ini akan di bahas mengenai
Ahkamul Mad yang terdiri dari Lazim Mutsaqqol Kilmi, Lazim Mukhoffaf Kilmi,
Lazim Mutsaqqol Charfi, Dan Lazim Mukhoffaf Charfi serta Ayat-Ayat Al Qu’an
Tentang Akhlak.
B.
Ahkamul Mad Dan Qhasar
Serta Ayat-Ayat Al Qu’an Tentang Akhlak
1.
Bacaan Mad Far’i (Lazim Mutsaqqol
Kilmi, Lazim Mukhoffaf Kilmi, Lazim Mutsaqqol Charfi, Dan Lazim Mukhoffaf
Charfi).
a. Mad Lazim Mutsaqqol Kilmi
Lazim artinya pasti. Mutsaqqol artinya diberatkan.
Kilmi dari asal kata kalimah artinya kata Hukum bacaan disebut mad lazim
Mutsaqool kilmi ialah apabila mad thobi’ie berhadapan dengan huruf yang
bertasydid di dalam satu perkataan.
Membacanya harus dipanjangkan lebih dahulu baru
ditasydidkan, dan panjangnya sampai enam harokah atau tiga alif, dengan tetap
memperhatikan huruf rangkap yang ditandai dengan tasydid sesudah mad.
b. Mad Lazim Mukhoffaf Kilmi
Mukhoffaf artinya diringankan. Hukum bacaan disebut
mad mukhoffaf kilmi ialah apabila mad thobi’ie bertemu dengan huruf yang
berharokah sukun tidak di akhir perkataan.
Membacanya dipanjangkan sampai tiga alif atau enam
harokah atau seperti panjangnya mad lazim mutsaqqol kilmi.[1]
c. Mad Lazim
Mutsaqal Harfi
Harfi dari asal kata charef artinya huruf. Hukum
bacaan disebut Mad Lazim Mutsaqal Harfi adalah bila permulaan surat berupa
salah satu atau lebih dari huruf yang 8 berikut : Nun ( ن
),Qof ( ق ),Shod (
ص ),’Ain ( ع),Sien (
س ),Lam (
ل ),Kaf (
ك ), dan Miem ( م ).
Terkumpul dalam kalimat ﻧﻗﺺ ﻋﺳﻠﻛﻡ dan
sesudah Mad terdapat suara huruf mati yang diidghomkan atau
ditaydidkan.Membacanya harus dipanjangkan seperti Mad Lazim yaitu 3 alif atau 6
harokah.
Contoh :
ﻕ ,
ﻥ ,
ﺱﻴ ,
ﻠﺭﺍ ,
ﺺﻜﻬﻴﻌ
d. Mad Lazim Mukhaffaf Harfi
Yaitu huruf-huruf di awal surat yang terdiri dari
salah satu atau lebih dari huruf- huruf berikut : Chaa’ ( ح ),
Yaa’ ( ي
),Tho’ ( ط ),Ha’ (
ه ), dan Ro’(
ر ).Huruf-huruf ini terhimpun dalam
perkataan ﺤﻲ
ﻁﻬﺭ .Membacanya harus
dipanjangkan 1 alif atau 2 harokah.
Contoh :
ٰﺤﻡ ,
ﻂﻪٰٰٰ ,
ﻴٰﺱ
2.
Ayat Al Qur’an tentang pengabdian
kepada Allah dan berbakti kepada kedua orang tua (QS Lukman: 12-15)
ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±t $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ
12.
Dan Sesungguhnya Telah kami berikan
hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa
yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji".
Dalam
ayat di atas dijelaskan bahwa Allah telah memberikan hikmat kepada lukman.
Hikmah adalah syukur, karena dengan bersyukur, seseoranng mengenal Allah
dan mengenal anugrahnya. Dengan mengenal Allah seseoang akan kagum dan patuh
kepadanya, dan dengan mengenal dan mengetahui fungsi anugrahnya, seseorang akan
memiliki pengetahuan yang benar, lalu atas dorongan kesyukuran itu ia akan
melakukan amal yang sesuai dengan pengetahuannya, sehingga amal yang lahir
adalah amal yang tepat pula. [2]
Dalam
ayat ini Allah memerintahkan untuk mensyukuri nikmat-nikmatnya dengan cara
melakukan ketaatan padanya serta meninggalkan kemaksiatan. Barangsiapa
melaksanakan hal itu maka pada hakikatnya dia memberi mamfaat bagi dirinya
sendiri, karena mamfaatnya akan berpulang pada dirinya juga. Sebab Allah tidak
membutuhkan semesta alam. Kepatuhan seseorang tidak berguna baginya, begitu
pula kedurhakaan seseorang tidak mengakibatkan bahaya baginya. Barang siapa
mengingkari nikmat-nikmat serta mengingkari sang pemberi nikmat maka
sesungguhnya Allah tidak membutuhkan ibadah seorangpun. Segala puja-puji bagi
Allah dalam segala hal. Dia tidak membutuhkan orang yang kufur dan dia membalas
rasa syukur orang yang bersyukur.
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ
13.
Dan (Ingatlah) ketika Luqman
Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Ayat
di atas menjelaskan ketika lukman berpesan kepada anaknya seraya memberi
nasehat padanya. Dia melarang anaknya dari menyekutukan Allah dan
memberitahunya bahwa kemusyrikan adalah dosa terbesar, kesalahan yang paling
keji, dan kejahatan yang paling buruk.
$uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
14.
Dan kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah
kembalimu.
Dalam ayat ini Allah telah mewajibkan kepada
manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya serta berlaku baik kepada
keduanya. Sebab ibunya telah bersabar ketika dalam keadaan yang betul-betul
lemah ketika menanggung beratnya beban dan banyaknya rasa sakit. Dia menggendong
bayinya dan menyusuinya selama dua tahun. Allah telah mewajibkan kepada manusia
untuk bersyukur kepada tuhannya dengan cara taat dan patuh serta berterima
kasih pada kedua orang tuanya dalam wujud kebaktian dan perbuatan baik. Hanya
kepada Allah tempat kembali. Dia akan membalas para hamba sesuai dengan
kebaikan atau kerusakan yang telah mereka perbuat.[3]
Jadi ayat ini menunjukkan betapa penghormatan dan kebaktian kepada kedua orang
tua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah SWT.[4]
bÎ)ur #yyg»y_ #n?tã br& Íô±è@ Î1 $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ xsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur @Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ
15.
Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
Dalam surat ini Allah
mengatakan, wahai manusia apabila kedua orang tuamu berusaha dan menginginkan
agar kamu mengingkari Allah dan menyekutukannya dengan sesuatu, atau
memerintahkanmu untuk bermaksiat maka janganlah taat kepadanya. Sebab, ketaatan
pada orangtua hanya dalam kebaikan. Lagipula, tidak ada kepatuhan ataupun
ketaatan pada makhluk dalam rangka bermaksiat terhadap sang pencipta makhluk,
yakni Allah SWT. Namun demikian, jangan sampai ketidak taatanmu pada
perintahnya yang buruk itu membuatmu berlaku tidak baik padanya. Tetaplah bina
hubungan yang baik dengan keduanya dan berlemah lembutlah kepada mereka berdua.
Teladanilah orang yang bertobat kepada tuhannya dari dosanya dan menyesali
kesalahannya, kembali kepada Allah dengan membawa amal ketaatan dan
meninggalkan perbangkangan terhadapnya. Sebab, setelah kehidupan ini, semua
manusia akan kembali kepada Allah dan berpulang kepadanya agar Allah bisa
memberitahu setiap orang tentang perbuatannya masing-masing dan memberi balasan
atas amalnya.[5]
3.
Ayat Al Qur’an tentang adab
memasuki kamar kedua orang tua (QS An Nur:58)
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ãNä3RÉø«tGó¡uÏ9 tûïÏ%©!$# ôMs3n=tB óOä3ãZ»yJ÷r& tûïÏ%©!$#ur óOs9 (#qäóè=ö7t zNè=çtø:$# óOä3ZÏB y]»n=rO ;Nº§tB 4 `ÏiB È@ö7s% Ío4qn=|¹ Ìôfxÿø9$# tûüÏnur tbqãèÒs? Nä3t/$uÏO z`ÏiB ÍouÎg©à9$# .`ÏBur Ï÷èt/ Ío4qn=|¹ Ïä!$t±Ïèø9$# 4 ß]»n=rO ;Nºuöqtã öNä3©9 4 [øs9 ö/ä3øn=tæ wur öNÎgøn=tæ 7y$uZã_ £`èdy÷èt/ 4 cqèùº§qsÛ /ä3øn=tæ öNà6àÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 y7Ï9ºxx. ßûÎiüt7ã ª!$# ãNä3s9 ÏM»tFy$# 3 ª!$#ur íOÎ=tæ ÒOÅ3ym ÇÎÑÈ
58. Hai orang-orang yang
beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan
orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali
(dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan
Pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga
'aurat bagi kamu. tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain
dari (tiga waktu) itu. mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan)
kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi
kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Ayat tersebut menerangkan, Wahai
orang-orang yang beriman, perintahkanlah budak sahaya dan anak-anak kecil
kalian yang belum balik untuk meminta izin ketika mereka ingin masuk menemui
kalian pada tiga waktu ketika kalian membuka aurat. Ketiga waktu itu adalah
sebelum shalat fajar, karena waktu itu adalah waktu bangun dari tidur dan
memakai pakaian, lalu waktu tidur siang sebelum zuhur yakni ketika kalian
melepas baju kalian untuk beristirahat, dan setelah shalat isya, karena waktu
itu adalah waktu untuk tidur malam. Pada ketiga waktu itu tipis sekali
kemungkinan kalian untuk berhati-hati dan menutupi aurat.
Sedangkan pada waktu-waktu yang
lain maka tidak ada persoalan bagi kalian jika mereka masuk tanpa izin karena
mereka ingin masuk guna melayani kalian. Dan sebagaimana Allah menerangkan
hukum minta izin, Allah juga telah menjelaskan keterangan-keterangan,
dalil-dalil dan syariat-syariat agama.
Allah maha mengetahui
kebaikan-kebaikan hambanya, serta apa yang bermanfaat dan membahayakan dirinya.
Dia maha bijaksana dalam mengatur urusan semua makhluk, dan mensyariatkan bagi
mereka apa yang membuat kehidupan mereka menjadi yang terbaik.[6]
Ayat ini juga merupakan
salah satu ayat yang mengarahkan manusia pada norma sosial dalam lingkungan
keluarga. Ini merupakan perintah buat orangtua agar mendidik anak-anak agar
memperhatikan norma pergaulan. Dan waktu-waktu yang disebutkan oleh ayat di
atas adalah waktu-waktu menyendiri, dan biasanya seseorang melepas pakaian
sehari-hari yang digunakan untuk keperluan bertemu satu sama lain. Nah, ayat
ini menuntun agar meminta izin terlebih dahulu sebelum masuk pada waktu-waktu
yang telah di tetapkan tersebut. Dengan demikian, ada kesempatan untuk orangtua
untuk menghindari terlihatnya oleh orang lain apa yang di anggap rahasia dan
tidak pantas di lihat. Selain itu, ayat ini juga mengandung anjuran kepada
anggota keluarga agar memakai pakaian yang pantas ketika bertemu satu sama
lain, sehingga wibawa, kehormatan, dan etika mereka terus terpelihara.[7]
C.
Penutup
1.
Kesimpulan
a. Bacaan Mad Far’i (Lazim Mutsaqqol Kilmi, Lazim Mukhoffaf Kilmi,
Lazim Mutsaqqol Charfi, Dan Lazim Mukhoffaf Charfi)
Hukum bacaan disebut mad lazim Mutsaqool kilmi ialah
apabila mad thobi’ie berhadapan dengan huruf yang bertasydid di dalam satu
perkataan. Dan Hukum bacaan disebut mad mukhoffaf kilmi ialah apabila mad
thobi’ie bertemu dengan huruf yang berharokah sukun tidak di akhir perkataan.
Sedangkan Hukum bacaan disebut mad lazim mutsaqqol
Charfi ialah bila permulaan surat berupa salah satu atau lebih dari huruf-huruf
yang delapan, yaitu Nun, Qof , Shod, ‘Ain, Sien, Lam, Kaf , Miem. Dan hukum bacaan disebut mad lazim mukhoffaf
charfi ialah huruf-huruf di awal surat yang terdiri dari salah satu atau lebih
dari huruf-huruf Chaa’, Ya, Tho’, Ha’, dan Ro’.
b.Ayat Al Qur’an
tentang pengabdian kepada Allah dan berbakti kepada kedua orang tua (QS Lukman:
12-15)
Ayat tersebut berisi perintah taat kepada Allah yang
merupakan pokok ketaatan yang paling utama dan berbakti kepada kedua orang tua
menempati tempat yang kedua, jadi apabila orang tua menyuruh untuk melakukan
hal yang tidak baik maka janganlah diikuti, karena ketaatan itu hanyalah pada
yang ma’ruf.
c. Ayat Al Qur’an tentang adab memasuki kamar kedua orang tua (QS
An Nur:58)
Ayat ini berisi larangan memasuki kamar kedua orang
tua tanpa izin dalam tiga waktu, yaitu: sebelum shalat fajar, karena waktu itu
adalah waktu bangun dari tidur dan memakai pakaian, lalu waktu tidur siang
sebelum zuhur yakni ketika kalian melepas baju kalian untuk beristirahat, dan
setelah shalat isya, karena waktu itu adalah waktu untuk tidur malam, karena pada
ketiga waktu itu tipis sekali kemungkinan kalian untuk berhati-hati dan
menutupi aurat.
2.
Saran
Dalam membaca Al Qur’an sangat perlu diperhatikan
ketepatan bacaannya, karena apabila salah dalam membaca, akan salahlah makna,
atau artinya. Oleh sebab itu pahamilah beberapa mad yang telah dipaparkan dalam
makalah ini.
Dan hendaklah berbakti kepada kedua orang tua, yang
telah mengandung, menyusui dan membesarkan, janganlah menjadi seorang anak yang
durhaka, namun ketaatan kepada Allahlah yang paling utama. Di samping itu juga
harus punya sopan santun serta adab dalam memasuki kamar kedua orang tua,
walaupun orang tua sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Asy’ari, Pelajaran Tajwid,
(Surabaya: Apollo, 1987)
Ustaz Ismail Tekan, Tajwid
Al-Qur’an nul Karim, (Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru, 2006)
M. Quraish Shihab, Tafsir
al-Mishbah volume 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002)
‘Aidh Al-Qarni, Tafsir Muyassar jilid 3 juz
17-24 ,(Jakarta: Qisthi Press, 2007)
M. Quraish Shihab, Tafsir
al-Misbah volume 9 (Jakarta: Lentera Hati, 2002)
[1]
Abdullah Asy’ari, Pelajaran Tajwid, (Surabaya: Apollo, 1987) h.33-34
[2] M.
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah volume 11, (Jakarta: Lentera Hati,
2002) h.122-123
[3]
‘Aidh Al-Qarni, Tafsir Muyassar jilid 3 juz 17-24 ,(Jakarta: Qisthi
Press, 2007) h.373
[4] M.
Quraish Shihab, Op-cit,. h.127-128
[5]
‘Aidh Al-Qarni, Op-cit,. h.373-374
[6]
‘Aidh Al-Qarni, Ibid,. h.138-139
[7] M.
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah volume 9 (Jakarta: Lentera Hati,
2002)h.396