Selamat datang di blog zainal masri-Kumpulan makalah PQ (Pendidikan Alquran)semoga bermanfaat...AMIIN..

Kamis, 27 September 2012




TUGAS BERSTRUKTUR

PENDIDIKAN AL QUR’AN

Tentang

AHKAMUL MAD DAN QHASAR SERTA AYAT-AYAT AL QU’AN TENTANG AKHLAK




Oleh:

ZAINAL MASRI
09101023



Dosen Pembimbin:
Drs. H. Fanhayus, M.Pd
Dra. Fatdriati, M.A



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM  JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
BATUSANGKAR
2012

AHKAMUL MAD DAN QHASAR SERTA AYAT-AYAT AL QU’AN TENTANG AKHLAK
A.          Pendahuluan
               Pendidikan Al-qur’an merupakan pembelajaran yang materinya berasal dari Al-qur’an itu sendiri, yang mana hal ini tentu tidak terlepas dari kehidupan kita sehari-hari sebagai orang yang beriman kepada kitab Allah. Maka untuk itu sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mempelajari ilmu Al-qur’an itu sendiri, agar kita mampu membacanya, memahaminya dan mengajarkannya dengan baik sesuai dengan kaedah-kaedah yang berlaku, maka pada di bawah ini akan di bahas mengenai Ahkamul Mad yang terdiri dari Lazim Mutsaqqol Kilmi, Lazim Mukhoffaf Kilmi, Lazim Mutsaqqol Charfi, Dan Lazim Mukhoffaf Charfi serta Ayat-Ayat Al Qu’an Tentang Akhlak.
B.           Ahkamul Mad Dan Qhasar Serta Ayat-Ayat Al Qu’an Tentang Akhlak
1.      Bacaan Mad Far’i (Lazim Mutsaqqol Kilmi, Lazim Mukhoffaf Kilmi, Lazim Mutsaqqol Charfi, Dan Lazim Mukhoffaf Charfi).
a. Mad Lazim Mutsaqqol Kilmi
Lazim artinya pasti. Mutsaqqol artinya diberatkan. Kilmi dari asal kata kalimah artinya kata Hukum bacaan disebut mad lazim Mutsaqool kilmi ialah apabila mad thobi’ie berhadapan dengan huruf yang bertasydid di dalam satu perkataan.
Membacanya harus dipanjangkan lebih dahulu baru ditasydidkan, dan panjangnya sampai enam harokah atau tiga alif, dengan tetap memperhatikan huruf rangkap yang ditandai dengan tasydid sesudah mad.
b. Mad Lazim Mukhoffaf Kilmi
Mukhoffaf artinya diringankan. Hukum bacaan disebut mad mukhoffaf kilmi ialah apabila mad thobi’ie bertemu dengan huruf yang berharokah sukun tidak di akhir perkataan.
Membacanya dipanjangkan sampai tiga alif atau enam harokah atau seperti panjangnya mad lazim mutsaqqol kilmi.[1]
c. Mad Lazim Mutsaqal Harfi
Harfi dari asal kata charef artinya huruf. Hukum bacaan disebut Mad Lazim Mutsaqal Harfi adalah bila permulaan surat berupa salah satu atau lebih dari huruf yang 8 berikut : Nun (    ن    ),Qof (   ق   ),Shod (  ص   ),’Ain (             ع),Sien (  س   ),Lam (   ل   ),Kaf (  ك   ), dan Miem (   م   ).
       Terkumpul dalam kalimat    ﻧﻗﺺ ﻋﺳﻠﻛﻡ    dan sesudah Mad terdapat suara huruf mati yang diidghomkan atau ditaydidkan.Membacanya harus dipanjangkan seperti Mad Lazim yaitu 3 alif atau 6 harokah.
Contoh :
                   ,          ,         ,     ﻠﺭ    ,     ﻜﻬﻴﻌ

d. Mad Lazim Mukhaffaf Harfi
Yaitu huruf-huruf di awal surat yang terdiri dari salah satu atau lebih dari huruf- huruf berikut : Chaa’ (  ح  ), Yaa’ (   ي    ),Tho’ (   ط   ),Ha’ (   ه  ), dan Ro’(  ر  ).Huruf-huruf ini terhimpun dalam perkataan  ﺤﻲ ﻁﻬﺭ .Membacanya harus dipanjangkan 1 alif atau 2 harokah.
Contoh :
            ٰﺤﻡ      ,      ﻂﻪٰٰٰ      ,       ﻴٰﺱ





2.      Ayat Al Qur’an tentang pengabdian kepada Allah dan berbakti kepada kedua orang tua (QS Lukman: 12-15)

ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±tƒ $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ
12.        Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah telah memberikan hikmat kepada lukman. Hikmah adalah syukur, karena dengan bersyukur, seseoranng mengenal Allah dan mengenal anugrahnya. Dengan mengenal Allah seseoang akan kagum dan patuh kepadanya, dan dengan mengenal dan mengetahui fungsi anugrahnya, seseorang akan memiliki pengetahuan yang benar, lalu atas dorongan kesyukuran itu ia akan melakukan amal yang sesuai dengan pengetahuannya, sehingga amal yang lahir adalah amal yang tepat pula. [2]
Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk mensyukuri nikmat-nikmatnya dengan cara melakukan ketaatan padanya serta meninggalkan kemaksiatan. Barangsiapa melaksanakan hal itu maka pada hakikatnya dia memberi mamfaat bagi dirinya sendiri, karena mamfaatnya akan berpulang pada dirinya juga. Sebab Allah tidak membutuhkan semesta alam. Kepatuhan seseorang tidak berguna baginya, begitu pula kedurhakaan seseorang tidak mengakibatkan bahaya baginya. Barang siapa mengingkari nikmat-nikmat serta mengingkari sang pemberi nikmat maka sesungguhnya Allah tidak membutuhkan ibadah seorangpun. Segala puja-puji bagi Allah dalam segala hal. Dia tidak membutuhkan orang yang kufur dan dia membalas rasa syukur orang yang bersyukur.
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ
13.        Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Ayat di atas menjelaskan ketika lukman berpesan kepada anaknya seraya memberi nasehat padanya. Dia melarang anaknya dari menyekutukan Allah dan memberitahunya bahwa kemusyrikan adalah dosa terbesar, kesalahan yang paling keji, dan kejahatan yang paling buruk.

$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
14.        Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.

         Dalam ayat ini Allah telah mewajibkan kepada manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya serta berlaku baik kepada keduanya. Sebab ibunya telah bersabar ketika dalam keadaan yang betul-betul lemah ketika menanggung beratnya beban dan banyaknya rasa sakit. Dia menggendong bayinya dan menyusuinya selama dua tahun. Allah telah mewajibkan kepada manusia untuk bersyukur kepada tuhannya dengan cara taat dan patuh serta berterima kasih pada kedua orang tuanya dalam wujud kebaktian dan perbuatan baik. Hanya kepada Allah tempat kembali. Dia akan membalas para hamba sesuai dengan kebaikan atau kerusakan yang telah mereka perbuat.[3] Jadi ayat ini menunjukkan betapa penghormatan dan kebaktian kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah SWT.[4]

bÎ)ur š#yyg»y_ #n?tã br& šÍô±è@ Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ Ÿxsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur Ÿ@Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ
15.        Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
         Dalam surat ini Allah mengatakan, wahai manusia apabila kedua orang tuamu berusaha dan menginginkan agar kamu mengingkari Allah dan menyekutukannya dengan sesuatu, atau memerintahkanmu untuk bermaksiat maka janganlah taat kepadanya. Sebab, ketaatan pada orangtua hanya dalam kebaikan. Lagipula, tidak ada kepatuhan ataupun ketaatan pada makhluk dalam rangka bermaksiat terhadap sang pencipta makhluk, yakni Allah SWT. Namun demikian, jangan sampai ketidak taatanmu pada perintahnya yang buruk itu membuatmu berlaku tidak baik padanya. Tetaplah bina hubungan yang baik dengan keduanya dan berlemah lembutlah kepada mereka berdua. Teladanilah orang yang bertobat kepada tuhannya dari dosanya dan menyesali kesalahannya, kembali kepada Allah dengan membawa amal ketaatan dan meninggalkan perbangkangan terhadapnya. Sebab, setelah kehidupan ini, semua manusia akan kembali kepada Allah dan berpulang kepadanya agar Allah bisa memberitahu setiap orang tentang perbuatannya masing-masing dan memberi balasan atas amalnya.[5]

3.      Ayat Al Qur’an tentang adab memasuki kamar kedua orang tua (QS An Nur:58)
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ãNä3RÉø«tGó¡uŠÏ9 tûïÏ%©!$# ôMs3n=tB óOä3ãZ»yJ÷ƒr& tûïÏ%©!$#ur óOs9 (#qäóè=ö7tƒ zNè=çtø:$# óOä3ZÏB y]»n=rO ;Nº§tB 4 `ÏiB È@ö7s% Ío4qn=|¹ ̍ôfxÿø9$# tûüÏnur tbqãèŸÒs? Nä3t/$uÏO z`ÏiB ÍouŽÎg©à9$# .`ÏBur Ï÷èt/ Ío4qn=|¹ Ïä!$t±Ïèø9$# 4 ß]»n=rO ;Nºuöqtã öNä3©9 4 š[øs9 ö/ä3øn=tæ Ÿwur öNÎgøŠn=tæ 7y$uZã_ £`èdy÷èt/ 4 šcqèùº§qsÛ /ä3øn=tæ öNà6àÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 y7Ï9ºxx. ßûÎiüt7ムª!$# ãNä3s9 ÏM»tƒFy$# 3 ª!$#ur íOŠÎ=tæ ÒOŠÅ3ym ÇÎÑÈ
58.  Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan Pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu. tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
         Ayat tersebut menerangkan, Wahai orang-orang yang beriman, perintahkanlah budak sahaya dan anak-anak kecil kalian yang belum balik untuk meminta izin ketika mereka ingin masuk menemui kalian pada tiga waktu ketika kalian membuka aurat. Ketiga waktu itu adalah sebelum shalat fajar, karena waktu itu adalah waktu bangun dari tidur dan memakai pakaian, lalu waktu tidur siang sebelum zuhur yakni ketika kalian melepas baju kalian untuk beristirahat, dan setelah shalat isya, karena waktu itu adalah waktu untuk tidur malam. Pada ketiga waktu itu tipis sekali kemungkinan kalian untuk berhati-hati dan menutupi aurat.
         Sedangkan pada waktu-waktu yang lain maka tidak ada persoalan bagi kalian jika mereka masuk tanpa izin karena mereka ingin masuk guna melayani kalian. Dan sebagaimana Allah menerangkan hukum minta izin, Allah juga telah menjelaskan keterangan-keterangan, dalil-dalil dan syariat-syariat agama.
         Allah maha mengetahui kebaikan-kebaikan hambanya, serta apa yang bermanfaat dan membahayakan dirinya. Dia maha bijaksana dalam mengatur urusan semua makhluk, dan mensyariatkan bagi mereka apa yang membuat kehidupan mereka menjadi yang terbaik.[6]
         Ayat ini juga merupakan salah satu ayat yang mengarahkan manusia pada norma sosial dalam lingkungan keluarga. Ini merupakan perintah buat orangtua agar mendidik anak-anak agar memperhatikan norma pergaulan. Dan waktu-waktu yang disebutkan oleh ayat di atas adalah waktu-waktu menyendiri, dan biasanya seseorang melepas pakaian sehari-hari yang digunakan untuk keperluan bertemu satu sama lain. Nah, ayat ini menuntun agar meminta izin terlebih dahulu sebelum masuk pada waktu-waktu yang telah di tetapkan tersebut. Dengan demikian, ada kesempatan untuk orangtua untuk menghindari terlihatnya oleh orang lain apa yang di anggap rahasia dan tidak pantas di lihat. Selain itu, ayat ini juga mengandung anjuran kepada anggota keluarga agar memakai pakaian yang pantas ketika bertemu satu sama lain, sehingga wibawa, kehormatan, dan etika mereka terus terpelihara.[7]
C.          Penutup
1.      Kesimpulan
a. Bacaan Mad Far’i (Lazim Mutsaqqol Kilmi, Lazim Mukhoffaf Kilmi, Lazim Mutsaqqol Charfi, Dan Lazim Mukhoffaf Charfi)
Hukum bacaan disebut mad lazim Mutsaqool kilmi ialah apabila mad thobi’ie berhadapan dengan huruf yang bertasydid di dalam satu perkataan. Dan Hukum bacaan disebut mad mukhoffaf kilmi ialah apabila mad thobi’ie bertemu dengan huruf yang berharokah sukun tidak di akhir perkataan.
Sedangkan Hukum bacaan disebut mad lazim mutsaqqol Charfi ialah bila permulaan surat berupa salah satu atau lebih dari huruf-huruf yang delapan, yaitu Nun, Qof , Shod, ‘Ain, Sien, Lam, Kaf , Miem. Dan  hukum bacaan disebut mad lazim mukhoffaf charfi ialah huruf-huruf di awal surat yang terdiri dari salah satu atau lebih dari huruf-huruf Chaa’, Ya, Tho’, Ha’, dan Ro’.
b.Ayat Al Qur’an tentang pengabdian kepada Allah dan berbakti kepada kedua orang tua (QS Lukman: 12-15)
Ayat tersebut berisi perintah taat kepada Allah yang merupakan pokok ketaatan yang paling utama dan berbakti kepada kedua orang tua menempati tempat yang kedua, jadi apabila orang tua menyuruh untuk melakukan hal yang tidak baik maka janganlah diikuti, karena ketaatan itu hanyalah pada yang ma’ruf.
c. Ayat Al Qur’an tentang adab memasuki kamar kedua orang tua (QS An Nur:58)
Ayat ini berisi larangan memasuki kamar kedua orang tua tanpa izin dalam tiga waktu, yaitu: sebelum shalat fajar, karena waktu itu adalah waktu bangun dari tidur dan memakai pakaian, lalu waktu tidur siang sebelum zuhur yakni ketika kalian melepas baju kalian untuk beristirahat, dan setelah shalat isya, karena waktu itu adalah waktu untuk tidur malam, karena pada ketiga waktu itu tipis sekali kemungkinan kalian untuk berhati-hati dan menutupi aurat.
2.      Saran
Dalam membaca Al Qur’an sangat perlu diperhatikan ketepatan bacaannya, karena apabila salah dalam membaca, akan salahlah makna, atau artinya. Oleh sebab itu pahamilah beberapa mad yang telah dipaparkan dalam makalah ini.
Dan hendaklah berbakti kepada kedua orang tua, yang telah mengandung, menyusui dan membesarkan, janganlah menjadi seorang anak yang durhaka, namun ketaatan kepada Allahlah yang paling utama. Di samping itu juga harus punya sopan santun serta adab dalam memasuki kamar kedua orang tua, walaupun orang tua sendiri.












DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Asy’ari, Pelajaran Tajwid, (Surabaya: Apollo, 1987)
Ustaz Ismail Tekan, Tajwid Al-Qur’an nul Karim, (Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru, 2006)
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah volume 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002)
 ‘Aidh Al-Qarni, Tafsir Muyassar jilid 3 juz 17-24 ,(Jakarta: Qisthi Press, 2007)
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah volume 9 (Jakarta: Lentera Hati, 2002)






[1] Abdullah Asy’ari, Pelajaran Tajwid, (Surabaya: Apollo, 1987) h.33-34
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah volume 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h.122-123
[3] ‘Aidh Al-Qarni, Tafsir Muyassar jilid 3 juz 17-24 ,(Jakarta: Qisthi Press, 2007) h.373
[4] M. Quraish Shihab, Op-cit,. h.127-128
[5] ‘Aidh Al-Qarni, Op-cit,. h.373-374
[6] ‘Aidh Al-Qarni, Ibid,. h.138-139
[7] M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah volume 9 (Jakarta: Lentera Hati, 2002)h.396